Banyak orang sukses karena menemukan peluang. Tapi ada juga yang sukses karena memutuskan untuk membagikan pelajaran dari luka dan kegagalan. Hendy Tan termasuk dalam kelompok kedua.
Berangkat dari dunia teknik sipil dengan gelar magister dan karier yang mapan, Hendy kini lebih dikenal sebagai mentor ribuan trader Indonesia. Akan tetapi, bukan itu yang membuat perjalanannya menarik, melainkan bagaimana ia mengubah kegagalan masa lalu menjadi fondasi untuk ribuan orang belajar dan bangkit.
Ketertarikan Hendy terhadap trading muncul bukan karena ambisi cepat kaya, melainkan dari cerita sederhana seorang guru SMA. Saat itu, sang guru geografi bercerita bahwa ia mencoba trading forex demi menambah penghasilan karena gaji tak mencukupi kebutuhan keluarga.
Cerita itu tertanam dalam benak Hendy muda. Ketika beranjak dewasa, ia mencoba masuk ke dunia trading, tanpa ilmu, tanpa mentor. Hasilnya? Seperti banyak pemula lain: rugi besar.
Namun, justru di sanalah muncul tekad: mencari tahu, apakah trading memang hanya soal untung-untungan, atau ada ilmunya?
Banyak orang menyerah setelah gagal, tetapi Hendy memilih sebaliknya. Ia mengikuti berbagai kelas, belajar dari banyak mentor, menghabiskan waktu untuk memahami teknikal, psikologi market, dan yang terpenting: membangun sistem.
“Saya mulai sadar, masalah utama bukan di chart, tapi di mindset. Kalau gak bisa kontrol emosi, sehebat apapun strateginya gak akan bertahan,” ungkapnya melalui dokumenter Sekali Seumur Hidup.
Ia mengganti pendekatannya: dari buru-buru cuan ke fokus pada konsistensi. Dari kejar untung besar ke jaga risiko kecil. Prinsipnya berubah: untung sedikit, tapi sering, dan tahan lama.
Titik krusial muncul ketika Hendy memutuskan meninggalkan pekerjaan konsultan yang stabil di Bandung. Dengan tabungan terbatas, ia pindah ke Jakarta dan memulai dari nol: membangun komunitas, edukasi, dan sistem.
Di fase ini, segalanya tidak mudah. Uang terbatas, market tidak selalu ramah, dan komunitas belum stabil. Tapi Hendy percaya: lebih baik gagal di jalan yang diyakini, daripada selamanya menyesal karena tidak mencoba.
Sejak kecil Hendy ingin jadi guru. Namun, realita hidup membuatnya mengambil jalur teknik sipil. Tanpa ia sadari, dunia trading justru membawanya kembali ke panggilan lama itu; mengajar.
Hendy Tan kini aktif mengajar ribuan trader yang datang dari berbagai kalangan. Bukan di ruang kelas, tapi lewat media sosial, grup komunitas, dan webinar online. Ia mulai berbagi ilmu secara sederhana, membongkar strategi kompleks jadi langkah praktis yang bisa dipahami siapa saja, termasuk ibu rumah tangga dan pensiunan.
Responnya luar biasa. Bukan karena ilmunya paling hebat, tapi karena ia membuat trading terasa bisa dipelajari, bukan ditakuti.
Bertahun-tahun mengajar membuat Hendy melihat satu pola: kebanyakan pemula bingung karena terlalu banyak teori teknikal yang rumit.
Ia pun menciptakan “metode kotak-kotak”, sebuah cara visual memahami struktur harga, zona beli-jual, dan risiko secara intuitif. Bukan rumus rumit, tapi pendekatan visual yang mudah dipahami oleh siapa pun, bahkan yang tak pernah trading sekalipun.
Inilah yang membuat komunitasnya meledak. Metode ini membumikan trading untuk rakyat biasa, bukan hanya untuk analis profesional.
Buat Hendy, tiga hal yang wajib dimiliki oleh trader jangka panjang:
Ilmu yang terus di-upgrade: Market selalu berubah. Ilmu juga harus ikut bergerak.
Komunitas yang sehat: Dukungan dan diskusi lebih penting daripada motivasi sesaat.
Ketekunan di tengah frustasi: Banyak yang menyerah tepat sebelum berhasil.
“Ilmu bisa dicari. Tapi kemauan buat bangkit, itu yang harus dipelihara,” tutup Hendy.
Perjalanan Hendy Tan adalah pengingat bahwa kita bisa menemukan ulang impian lama lewat jalur yang sama sekali berbeda. Dari teknik ke trading. Dari kegagalan ke panggilan hidup.
Ia bukan hanya membangun karier, tapi menghidupkan harapan: bahwa siapapun bisa belajar, bertumbuh, dan bahkan membimbing orang lain, asal berani memulai.
Artikel ini juga tayang di vritimes